Gedung Kantor Kepala Desa Karangbangun

Ini adalah gedung balai Desa Karangbangun, yang letaknya dibelakang Kantor Kepala Desa Karangbangun

Pelantikan salah satu kepala dusun di Desa Krangbangun

Pelantikann salah satu kepala dusun di Desa Karangbangun yaitu dusun Kayulemah

Para Perangkat Desa ikut meramaikan Karnaval

Para perangkat Desa Karangbangun ikut meramaikan karnaval di Kabupaten Karanganyar, mewakili desa Karangbangun

Perwakilan Ibu-ibu PKK dari jakarta dalam acara kunjungan ke Desa Karangbangun

Perwakilan ibu-ibu PKK dari jakarta yang mengadakan kunjungan ke Desa Karangbangun dalam rangka hari ibu

Senin, 25 Januari 2016

PKBM Matesih Karanganyar Sepi Peminat

http://images.solopos.com/2013/07/jahit.jpg
Solopos.com, KARANGANYAR — Jumlah peserta dalam Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Desa Karangbangun, Kecamatan Matesih, Karanganyar, berangsur-angsur menurun.
Tempat belajar bernama PKBM Bumi Lestari itu hanya diikuti lebih kurang delapan peserta kursus menjahit dan 35 siswa Paket C. Sebulan sebelumnya, PKBM Bumi Lestari telah meluluskan 16 peserta kursus las.
Saat Solopos.com menyambangi lokasi belajar PKBM, pada Rabu (24/7/2013), gedung bekas SD Negeri 1 Karangbangun itu tampak lengang. Hanya terdapat tiga orang perempuan di dalam ruang kelas yang disulap menjadi ruang belajar menjahit. Dua orang di antaranya merupakan peserta didik kursus menjahit, sedangkan satu orang yang lain adalah pengajar mereka.
“Selama Ramadan memang lebih sepi, soalnya pesertanya kan lebih banyak ibu rumah tangga, mereka sibuk menyiapkan kebutuhan puasa,” ungkap pengajar kelas menjahit, Siti Maisaroh, 50, kepada Solopos.com.
Selain itu, imbuh Siti, sebagian peserta kursus menjahit juga sibuk bekerja di tempat usaha kue rumahan yang kebanjiran order menjelang Lebaran. Lantaran keikutsertaan kursus tidak mengikat, Siti mengaku tidak bisa memaksa para peserta rutin menghadiri kelas belajar.
Pada awal beridiri pada 2004 lalu, lanjut dia, peserta kursus menjahit gratis itu lumayan banyak. Awalnya, lebih kurang 30 peserta aktif mengikuti kelas menjahit yang digelar selama sekitar tiga bulan itu. “Sekarang memang berkurang, hla kan sebagian  besar sudah bisa menjahit jadi ya sudah sedikit yang ikut kursus,” ucap Siti.
Buka Usaha
Menurutnya, nasib serupa juga dialami kelas Paket C dan Paket B. Jumlah siswa Paket C menurun lantaran sebagian besar masyarakat sudah menamatkan pendidikan SMA sederajat. Sementara itu, kelas Paket B bahkan telah ditiadakan karena tak ada satu pun siswa yang mendaftar.
Sri menuturkan sebagian lulusan kursus menjahit telah membuka usaha jahit di rumah masing-masing. Sementara, sebagian lainnya memilih bekerja di perusahaan garmen maupun konfeksi. Namun, ada pula lulusan kursus menjahit yang tidak mempraktekkan ilmunya untuk bekerja.
Siti menyatakan PKBM Bumi Lestari merupakan satu-satunya tempat kursus menjahit gratis di Kecamatan Matesih, bahkan Karanganyar. Oleh karena itu, banyak masyarakat dari desa ataupun kecamatan lain yang berminat belajar menjahit di tempat itu

selengkapnya

BP3 Jateng Turun Tangan Atasi Kerusakan Situs Watu Kandang


Rusaknya sejumlah batu peninggalan zaman Megalithikum yang terdapat di situs Watu Kandang, di Dusun Ngasinan Lor, Desa Karangbangun, Kecamatan Matesih mendapat perhatian dari Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jateng. BP3 pun turun ke lapangan untuk mengecek kondisi situs tersebut, Selasa (2/10).
Staf Pemanfaatan BP3 Jateng, Denny Wahyu Hidayat, menjelaskan terdapat tiga buah batu di situs tersebut yang kondisinya rusak. Kerusakan tersebut terjadi bukanlah kesengajaan oleh warga sekitar. “Warga tidak tahu saja kalau batu-batu tersebut merupakan bagian dari situs purbakala,” kata Denny di lokasi situs Watu Kandang.
Deny memastikan bahwa sejumlah batuan yang terdapat di situs Watu Kandang memang berasal dari zaman Megalithikum. Pasalnya di situs itu didominasi batu-batu besar yang merupakan salah satu ciri dari peninggalan kebudayaan Megalithikum. “Kebudayaan zaman tersebut memang masih sangat sederhana,” ujarnya.
Sementara itu, Staf Perlindungan BP3 Jateng, Harun Al Rasyid, menambahkan adanya kerusakan batu memang ada yang merusak dan tidak rusak alami. Namun ia memastikan tidak ada satu batu pun yang hilang di situs Watu Kandang.
Terkait keberadaan tanah milik warga yang berada di kawasan situs dan minta dibeli oleh BP3 Jateng, Harun enggan berkomentar. “Yang penting saat ini sosialisasi kepada masyarakat sekitar terkait keberadaan situs Watu Kandang ini,” ujarnya.
Sementara itu, Camat Matesih, Titik Umarni, menuturkan ke depannya harus ada kerja sama dan sosialisasi dari BP3 Jateng terkait situs Watu Kandang. Hal ini agar masyarakat memahami pentingnya keberadaan situs bersejarah tersebut. “Saat ini diperlukan tindakan sosialisasi agar ada komunikasi yang baik antara semua pihak,” ujarnya.
Penjaga situs Watu Kandang, Giyatno, mengungkapkan hanya sebagian kecil tanah di kawasan situs yang telah dibebaskan (dibeli) oleh pemerintah. Untuk kelanjutannya ia tidak bisa memastikan. “Itu masih tergantung dari BP3 Jateng,” ujarnya. Luas situs Watu Kandang sendiri, menurut Giyatno, seluas 2 hektare dan terletak di pinggir jalan Matesih-Tawangmangu.